Humor di Tempat Kerja, Bolehkah?

-
Humor di Tempat Kerja, Bolehkah?

 

Kantor sebagai tempat bekerja seringkali dikondisikan tampak profesional, biasanya ada rambu-rambu tertentu, baik tertulis maupun tidak tertulis yang bertujuan menjaga karyawannya tetap produktif, tetap konsentrasi, dan bebas segala gangguan selama bekerja. Makanya tidak heran jika ada kantor yang selalu sunyi, hanya terdengar bunyi ketukan keyboard dan deringan telepon, sementara karyawannya seperti terbenam di balik cubicle mereka masing-masing. Bekerja selama 6-8 jam sehari dengan suasana seperti ini, tidakkah Anda akan merasa bosan dan stress?

 

Keseriusan dalam bekerja memang penting, namun menyeimbangkannya dengan some pleasure juga tetap perlu. Bercengkrama ringan dan berbagi tawa dengan rekan kerja sepertinya tidak akan membuat perusahaan merugi, bukan? Chris Robert, asisten profesor di Universitas Missouri-Columbia’s Robert J. Trulaske Sr. College of Business, menemukan bahwa bersenda gurau ketika bekerja justru dapat meningkatkan produktivitas dan kesetiaan karyawan. Selama ini humor selalu identik dengan ketidakseriusan, sehingga banyak bos atau manajemen perusahaan yang melarang karyawannya bercanda selama bekerja. Padahal humor ini termasuk ke dalam emosi positif yang dapat menstimulasi semangat karyawan sehingga meningkatkan performa kerjanya.

 

Humor di tempat kerja tidak senegatif yang dibayangkan. Masih banyak manfaat humor yang semestinya lebih diperhatikan daripada keburukannya.

 

6 Manfaat Humor di Tempat Kerja

1. Tertawa itu sehat

Bukankah ada yang bilang bahwa tertawa merupakan rahasia panjang umur? Hal ini bukan omong kosong, sebab ketika tertawa berarti Anda meregangkan otot-otot, mereduksi hormon stres, meningkatkan sistem imun, dan melancarkan aliran darah sehingga dapat mencegah serangan jantung. Selain itu, tertawa merupakan cara membakar lemak di perut yang paling cepat, yaitu 3 ½ kalori setiap kali Anda tertawa lepas.

 

2. Humoris, cepat dipromosi

Sebuah studi di tempat kerja menyebutkan bahwa orang yang sukses kebanyakan yang memiliki EQ (Emotional Quotient) yang tinggi. Yaitu orang-orang yang dapat mengelola emosi, bisa bekerja sama dengan orang lain, dan memiliki selera humor yang baik. Menurut polling dari Robert Half International, 84% dari 1000 eksekutif menyatakan bahwa pekerja yang humoris cenderung bekerja lebih baik.

 

3. Jangan ragu menjadi lucu

Membuat orang lain tersenyum bahkan tertawa selalu memberikan perasaan menyenangkan dalam hati. Anda akan merasa percaya diri dan lebih dihargai jika rekan kerja menyukai lelucon Anda. Orang humoris dengan kepribadiannya yang light dan selalu membuat orang lain senang, biasanya sangat disukai dan memiliki banyak teman. Ini merupakan sebuah keunggulan karena dapat memperluas jejaring Anda.

 

4. Humor di tempat kerja cara jitu menghilangkan stress

Tertawa tidak hanya bagus untuk kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental sebab dapat menimbulkan perasaan senang. Keadaan emosi yang baik membuat segala hal terlihat positif, mudah dan ringan. Makanya ketika Anda mulai jenuh, suntuk, dan lelah dengan pekerjaan, bersenda gurau-lah sejenak dengan rekan kerja untuk sekedar mengendurkan otot-otot yang tegang dan me-refresh kembali energi yang terkuras. Setelah tertawa, cara pandang Anda terhadap sesuatu akan berubah, tidak lagi menghakimi, mengkritik, atau meragukan.

 

5. Hati-hati dengan humor yang bisa menyinggung perasaan

Sekalipun Anda hanya berniat meramaikan suasana dengan membuat lelucon terhadap seseorang atau sesuatu, berhati-hatilah sebab bisa jadi Anda telah melukai perasaan orang lain. Selalu pertimbangkan situasi, kondisi, dan orang yang Anda ajak bercanda. Hindari menyinggung topik-topik sensitif, misalnya fisik, penampilan, keluarga atau SARA. Gunakan jokeringan yang netral misalnya cerita lucu tentang anak Anda atau pengalaman menyenangkan lainnya. Jika Anda merasa telah kelewatan dan menyinggung orang lain, segeralah minta maaf. Atau sebaliknya jika Anda merasa tersinggung dengan lelucon orang lain, tunjukkan reaksi dengan menegur “Hei, jangan begitu” atau “Jangan berkata seperti itu”.

 

6. Sampaikan kritik dengan humor

Untuk meminimalisir efek agresif dan mengancam, kritik atau teguran juga bisa disampaikan dengan nada bercanda. Walaupun akan terdengar kurang serius atau bisa jadi tidak disadari oleh si penerima kritik, cara ini bisa mengurangi dampak sakit hati dan malu yang dirasakan orang tersebut.

 

Humor untuk sekedar melepaskan penat memang diperlukan, namun tidak lantas menganggu tugas rutin Anda di kantor. Terlalu banyak bercanda daripada bekerja justru dapat membuat reputasi Anda tidak bagus. Bersikaplah proporsional agar pekerjaan Anda tetap selesai tanpa harus menderita stress.

 

Komentar