PT Indonesia AirAsia

Deskripsi Perusahaan

 

PT Indonesia AirAsia adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif rendah yang berbasis di Indonesia. Indonesia AirAsia mendapatkan lisensi dari maskapai AirAsia International yang merupakan maskapai penerbangan berbiaya rendah dari Malaysia. Indonesia AirAsia didirikan pada September 1999 dengan nama PT. AWAIR International. Mereka memulai penerbangan berjadwal ke beberapa kota di Indonesia pada tahun 2000, yang kemudian diikuti pembukaan penerbangan ke luar negeri (Singapura). Persaingan yang ketat di sektor penerbangan di Indonesia membuat AWAIR menghentikan operasinya sekitar setahun kemudian. Pada tahun 2004, AWAIR diambil alih AirAsia, dan mengalihkan orientasi pasarnya ke penerbangan berbiaya rendah. Penerbangan pertamanya dimulai pada Desember tahun itu. Mulai 1 Desember 2005, AWAIR berganti nama menjadi PT Indonesia AirAsia. 

 

PT Indonesia AirAsia pada Agustus 2017 lalu telah menunjuk Raline Shah sebagai Komisaris Independen. Penunjukan ini menyusul persetujuan mutlak dari para pemegang saham PT Indonesia AirAsia . Raline adalah aktris dan model serta salah satu finalis Putri Indonesia 2008. Selain itu pada kuartal IV tahun 2017 PT Indonesia AirAsia akan melalukan penawaran perdana saham (initial public offering/IPO). dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk mendatangkan delapan pesawat baru bertipe Airbus 320 hingga akhir tahun 2017. Tiga diantaranya akan digunakan Indonesia AirAsia X untuk rute internasional. Mengacu pada grafik Laporan Tahunan AirAsia, pertumbuhan pendapatan Induk Air Asia bertumbuh secara rata-rata sebesar 7,58 persen dalam 4 tahun terakhir. Bahkan di 2016, perusahaan pesawat yang bergerak dengan target pasar low cost ini membukukan pendapatan hingga 6,8 miliar ringgit Malaysia atau bertumbuh 8,7 persen dibandingkan dengan Tahun 2015. Hal tersebut juga berdampak pada peningkatan laba bersih entitas induk yang bertumbuh hingga 278 persen menjadi 2 miliar ringgit. Hal tersebut didorong oleh beberapa faktor seperti berhasilnya manajemen dalam melakukan efisiensi dengan memangkas beberapa rute yang dianggap sebagai “jalur kurus” dan menambah kapasitas di penerbangan dengan rute “jalur gemuk” sehingga berdampak pada kenaikan load factor atau perbandingan antara jumlah penumpang terhadap kapasitas yang nyaris menyentuh 90 persen.