Millennial Masih Bermimpi Kerja Kantoran, Kenapa Ya?

-
Millennial Masih Bermimpi Kerja Kantoran, Kenapa Ya?

Responden yang mengikuti polling ini berasal dari beberapa wilayah di Indonesia lho. Dengan total 850 responden, mereka berasal dari beberapa kota yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara, dengan komposisi perempuan sebanyak 47 persen, dan laki-laki 53 persen.

Millennial Ingin Kerja Kantoran

Responden yang diwakili kisaran usia dari 17 hingga 35 tahun ini ternyata didominasi oleh millennial yang menginginkan berkarir sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta, yakni lebih dari separuh total populasi, tepatnya sebanyak 56 persen. Menyusul di posisi kedua, mereka menginginkan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebesar 29 persen, dan di posisi terakhir, sisanya memimpikan sebagai wirausaha.

Lalu, dimana ya tempat kerja yang ideal menurut millennial ini? Tebak, mereka menyukai kerja kantoran atau lapangan? Ternyata fakta dalam polling ini menjawab bahwa 60 persen dari mereka masih menginginkan bekerja sebagai orang kantoran.

Baru kemudian sebanyak 32 persen menjawab kerja lapangan sebagai tempat impian mereka dalam mengembangkan sayap karier, kemudian sebanyak 2 persen menjawab keduanya(kerja kantoran dan lapangan), dan 6 persen menjawab lain-lain.

Muncul pula beberapa perusahaan yang menjadi impian mereka dalam berkarir. muncul beberapa perusahaan yang tergolong dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti Pertamina, PLN, PT Telkom, PT Waskita Karya, perusahaan swasta dan multinasional seperti Astra Internasional, Google, perusahaan tambang, perusahaan manufaktur, dan LIPI.

Yang terakhir, millennial dominan memimpikan karier sangat menjamin kesejahteraan hidup, terbukti 37 persen atau peringkat tertinggi adalah tentang poin kesejahteraan terjamin. Peringkat kedua, sebanyak 35 persen mereka ingin perusahaan yang menjamin kebebasan dalam mengembangkan diri.

Isu kekeluargaan tidak menjadi hal yang terlalu utama bagi millennial, karena pada pilihan ini hanya 14 persen dari mereka memilih opsi ini. Uniknya jurusan studi bukan menjadi acuan utama untuk kesesuaian bidang karier. Dan sisanya, yakni sebesar 3 persen memimpikan memiliki bisnis yang berkembang pesat.

Dipengaruhi Beberapa Faktor

Menanggapi hasil ini, Psikolog ECC UGM, Gita Aulia Nurani mengungkapkan, hasil data ini tidak mengalami perubahan selama kurun dua tahun sebelumnya. “Tahun lalu, kami juga melakukan penelitian serupa, dan ternyata hasilnya tidak berubah dari tahun ke tahun, mereka masih mengidealkan kerja mapan itu ya di kantor “ ungkapnya.

“Mungkin kita berpikir bahwa mayoritas mereka bakal bermimpi ingin jadi wirausaha, namun nyatanya tidak, malah ingin menjadi karyawan, “ katanya. Hal tersebut menurut Gita dipengaruhi beberapa faktor.

Faktor yang dimaksud Gita, yang pertama adalah persepsi sosial. Milennial sangat menjaga persepsi dari lingkungan. Apa pekerjaanmu? Di mana kamu bekerja? Sudah bisa beli apa saja? “Apalagi kalau ada reunian, topik pekerjaan akan menjadi sebuah ajang untuk mengungkapkan kebanggaan akan pekerjaan, hal yang seperti ini menjadi sangat penting bagi millennial, " terangnya. 

Yang kedua, mental dan pola pikir. Poin ini didapat dari lingkungan organisasi paling kecil, yakni keluarga. “Keluarga menjadi lingkungan paling berpengaruh bagi pembentukan mental dan pola pikir. Misal, kebetulan orang tua berasal dari karyawan BUMN ternama, maka biasanya si anak dijuruskan untuk memilih studi dan karir yang sama, “ terang Gita.

Selain itu, millennial nyaman dengan kondisi tempat kerja yang sudah memiliki SOP yang jelas, seperti jam kerja, deskripsi kerja yang jelas, resiko pekerjaan yang tidak begitu tinggi.

“Untuk yang sudah di jalur non konvensional seperti beauty vlogger, content manager, biasanya sudah digeluti sejak muda, jadi mereka sudah nyaman, dan memutuskan untuk melanjutkan karier di bidang tersebut, “ kata Gita. Kondisi ini akan berbeda pada mereka yang setelah lulus kuliah baru mencari minat karier, pasti mereka akan lari pada jalur konvensional atau menjadi karyawan.

Pola Parenting Kuncinya

Di sisi lain, Human Capital and Legal Manager PT Gamatechno, Andri Kushendarto memberikan pandangan yang hampir sama. Lingkungan keluarga merupakan ujung tombak bagi pembentukan pola pikir manusia. “Sehingga ini tidak cukup keras untuk generasi millennial switched ke pola pikir berbeda dari orang tuanya, “ terangnya.

Andri menggarisbawahhi bahwa kondisi millennial Indonesia dengan negara lain akan berbeda. Jika di Indonesia, mental millennial memang masih terbawa oleh pemikiran generasi sebelum mereka (generasi x,-red). “Namun akan berbeda jika di Amerika, dan Singapura, millennial disana jauh lebih siap bekerja di bidang non konvensional, membuat start-up, dan lain sebagainya, “ ungkap Andri.

Lalu bagaimana ya, supaya generasi Indonesia bisa seperti generasi muda di negara-negara maju? Andri menjawab, satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengubah pola parenting untuk generasi selanjutnya. “Kita masih bisa mengejar, kita masih punya harapan. Caranya setiap orang tua yang baru jangan terlalu menekan, berharap terlalu jauh, fokus saja pada keahlian mereka, “ tegasnya.

Fokus pada keahlian ini kemudian dianggap Andri sebagai parenting yang lebih baik, daripada memaksakan kehendak kepada generasi setelah kita. Hasilnya mereka sejak dini akan tegas pada diri sendiri mengenai pilihan yang mereka sukai, bahkan ujungnya akan memudahkan dalam menentukan karier.

Nah seperti itu guys gambaran mengenai hasil survey minat millennial ini. apakah kondisi ini juga terjadi kepadamu? .

Sumber : Carrernews.id

Komentar