Karyawan harus mempersiapkan diri dengan perubahan pada karier mereka, sejalan dengan makin besarnya peran teknologi dalam lingkungan kerja.
Namun, kabar baiknya adalah tidak semua pekerjaan akan digantikan oleh mesin atau teknologi.
CEO perusahaan perekrutan global Hays, Alistair Cox menyatakan, meski banyak pihak yang memprediksi tenaga kerja manusia akan semakin lenyap, namun pihaknya tidak memandang demikian.
"Faktanya, kami melihat adanya ledakan pekerjaan terkait data dan kecerdasan artifisial (AI), serta sejumlah permintaan untuk posisi spesifik yang terkait soft skill, seperti adaptibilitas, kreativitas, dan kolaborasi," ujar Cox.
Menurut Cox, tidak semua keterampilan kerja bisa dilakukan oleh mesin. Algoritma, imbuh dia, tidak bisa membaca hal seperti humor, temperamen, atau antusiasme sama efektifnya dengan yang bisa dilakukan oleh manusia.
Cox menyarankan agar para karyawan menjaga keterampilan mereka secara relevan. Tujuannya agar tetap dapat memikat perusahaan, sementara perusahaan juga harus mempersiapkan para karyawannya agar tetap kompetitif.
Cox memprediksi akan lebih banyak permintaan terhadap pekerjaan terkait data sepanjang tahun 2018 di seluruh dunia. Pekerjaan seperti analis data, ilmuwan data, data artist, dan data visualiser akan diincar pada tahun ini.
Data pun mendukung sejumlah pekerjaan sektor spesifik, seperti pekerjaan-pekerjaan terkait pemasaran, seperti otomasi pemasaran dan analisis konsumen. Permintaan ini didorong oleh kalangan dunia usaha yang ingin membidik konsumen dengan cara yang lebih mutakhir.
Pekerjaan yang lain yang akan banyak diincar adalah cyber security officer, software developer, dan data protection officer.
Dari sisi direksi, Cox memprediksi akan ada permintaan untuk posisi Chief Automation Officer dan Chief Innovation Officer alias direktur inovasi.
Chief Automation Officer bertugas mengenali potensi AI untuk mendukung kinerja perusahaan, sementara direktur inovasi mengelola proses inovasi dan perubahan.